Jumat, 20 November 2009

Sederhana Bukan Berarti Asal-asalan


(Catatan Pendampingan Anak Rutan Kebonwaru, 19 November 2009)
Seringkali ungkapan “Kecil tapi bermakna” hanya menjadi apologi bagi perilaku kita yang biasa-biasa saja bahkan tidak seberapa. Hal ini terjadi karena kita tidak dapat melakukan sesuatu yang besar karena tidak memiliki sumber daya yang memadai atau boleh jadi tidak berniat sedikit pun untuk melakukan yang besar.
Dalam beberapa tulisan saya terdahulu, saya selalu mengatakan, mungkin apa yang kami lakukan bagi anak-anak yang berada di Rutan Kebonwaru merupakan sesuatu yang tidak seberapa bahkan acapkali terkesan tak beraturan. Bayangkan saja, kami hanya mempunyai waktu 2 jam dalam seminggu dengan jumlah pendamping 4 – 5 orang menghadapi sekira 40 – 60 orang anak.
Sebenarnya, andai saja kami mau melakukan kegiatan dengan sembarangan atau asal rame nampaknya anak-anak bakal tetap enjoy. Namun, kami selalu diingatkan bahwa pendampingan ini bukan sekedar menemani dan menghibur anak-anak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif pada diri anak. Nilai-nilai positif yang dimaksud bukan ‘menghakimi’ perbuatan salah anak, melainkan mengajak mereka untuk mengingat hal-hal terindah sepanjang hidup mereka, memandu mereka untuk bermimpi dan mempunyai cita-cita setelah bebas nanti.
Dalam sebuah aktivitas sosial, acapkali kita selalu tergoda untuk memberikan segala bentuk sumbangan sebagai manifestasi dari kepedulian kita terhadap sesama. Padahal, selain kita harus membantu sesama, kita pun dituntut untuk membangkitkan semangat dan mendorong mereka untuk bisa mandiri. Hal inilah yang seringkali kita lupa, sehingga di kemudian hari timbul sikap-sikap ketergantungan dari orang-orang yang kita bantu.
Kemudian, bila kita melaksanakan program bersama masyarakat, seringkali kita merasa kitalah ‘pemilik’ atau segala-galanya dalam program itu dan masyarakat hanya menjadi obyek dari program tersebut. Sehingga masyarakat seringkali tidak dilibatkan dalam proses pengawasan atau evaluasi program dan proses pengambilan keputusan. Padahal, kita selalu berharap dan mendorong keterlibatan dan partisipasi penuh masyarakat.
Partisipasi anak dalam sebuah program pun seringkali hanya diartikan tak lebih dari sekedar anak-anak mengikuti alur kegiatan yang telah ditentukan dan sama sekali anak-anak tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan pengawasan atau evaluasi keberlangsungan program tersebut.
Hal inilah yang mendorong kami untuk senantiasa memacu partisipasi anak dalam pengertian yang sebenarnya. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya mengikuti alur kegiatan, tetapi mereka pun turut menentukan tahap dan jenis kegiatan sekaligus mengawasi proses dan melakukan evaluasi kegiatan. Meskipun demikian, kami harus akui ada ‘tambal-sulam’ dalam proses ini. Tentang proses keterlibatan anak ini telah saya ceritakan dalam beberapa tulisan saya terdahulu.
Hari ini, saya mengikuti beberapa aktivitas yang sebagian telah direncanakan oleh anak-anak itu sendiri. Kelompok Musik tengah mencoba beberapa instrumen sederhana, seperti, botol, tutup panci, bambu dan kaleng bekas. Ada hal yang menarik, ketika Bram turut belajar bersama anak-anak memainkan Suling Recorder, yang menurut pengamatan saya, baru hari ini digunakan Bram dan anak-anak Kelompok Musik. Bram memulai dengan mencari not-not hingga terangkai nada dari sebuah lagu, yaitu, lagu ‘Jangan Menyerah’nya D`Massive.
Anak-anak di Kelompok Kriya pun nampak asyik membuat rumah-rumahan dari kardus-kardus bekas. Ditemani Jaka dan Bayu, anak-anak mulai merekatkan kardus-kardus itu dengan lem hingga membentuk sebuah rumah. Selanjutnya, rumah-rumahan itu dicat. Jadilah rumah-rumah mungil warna-warni.
Sejauh pengamatan saya, kegiatan hari ini berjalan lancar meski harus kami akui tidak semua anak mengikuti dua kegiatan kelompok tadi. Anak-anak baru dipandu Anita mengikuti proses inisiasi. Anak-anak lain ada yang berbincang-bincang bersama Rahmi dan Bu Dewi, salah seorang tamu kami dari Dinas Sosial Kota Bandung. Dan sisanya seperti biasa ada anak-anak yang hanya melamun di pojok atau sekedar bersenda-gurau dengan teman-temannya.
Bila ukurannya sekedar ramai saja, maka kegiatan pendampingan hari ini nampak ramai. Namun, bila kita tarik kepada target pemaknaan positif dan mendialogkan nilai bersama, rasanya kami harus terus meningkatkan kerja keras kami. Sejauh ini kami baru bisa melakukan hal-hal yang sederhana bagi anak. Dan kami akan senantiasa mendorong usaha sederhana ini tidak asal jalan. Wallahu a’lam...

zoel.191109

1 komentar:

  1. saya baru pertama kali merasakan masuk ke dalam rumah tahanan. suasana begitu mencekam saat saya datang ke sana. berbagai prosedur harus kami lewati satu per satu.

    setelah sampai di area bantuan hukum anak2. ternyata di sana terdapat anak2 seumuran kami bahkan lebih kecil lagi, menunggu proses persidangan. seketika itu kebebasan mereka seakan terenggut. padahal seusia mereka, harusnya proses pendidikan ditanamkan kepada mereka. bukannya di penjara dengan perlakuan sama seperti orang dewas.

    memang kita seharusnya menyisihkan barang sedikit waktu kita dengan hal2 demikian. saya yakin akan banyak pelajaran bermakna yg akan kita peroleh melalui kegiatan ini.

    untuk kawan2 muda, saya mengajak kalian untuk bergabung dengan kita dalam membantu pendampingan di rumah tahanan kebonwaru. karena sangat memprihatinkan, ternyata hanya 3-5 orang anak muda yang peduli dengan hal ini.

    BalasHapus

Silahkan beri komentar di sini.
No SPAM ya.