Senin, 09 Maret 2009

CERITA DALAM KERIUHAN

(Catatan pendampingan anak-anak Rutan kebon waru, 5 Maret 2009)

Sudah hampir dua minggu ini saya tidak menuliskan cerita tentang pendampingan di Rutan Kebon Waru. Semoga bukan karena semangat menulis saya yang menurun, hanya minimnya kesempatan saja yang membuat saya tidak menulis catatan pendampingan. Banyak cerita yang saya lewatkan untuk saya tuliskan. Tetapi, saat ini saya hanya ingin menceritakan pendampingan pada tanggal 5 Maret 2009.

Hari itu, tim kami bertambah personil. Meski beberapa kawan relawan dari UNISBA tidak bisa ikut mendampingi karena bentrok dengan kuliah atau aktivitas lain, kami dibantu teman-teman baru dari UPI dan UNPAD.

Tepat jam 10.00 WIB kami memasuki gerbang Rutan, melewati beberapa prosedur pemeriksaan. Kami tidak bisa mendokumentasikan kegiatan hari itu, karena kamera yang dibawa salah seorang kawan tidak lolos pemeriksaan. Ketika kami akan memasuki ruang pendidikan, nampak anak-anak sedang bermain bola voli di lapangan yang ada di tengah lingkungan Rutan. Melihat kedatangan kami, anak-anak bergegas menyiapkan diri dan satu-persatu memasuki ruang pendidikan.

Saya membuka acara dengan salam dan sapaan kepada anak-anak Rutan yang selama dua minggu tidak kami dampingi. Setelah itu, Yulia memberi kami sebuah game sederhana. Sayang, saya tak sepenuhnya bisa mengikuti game tersebut, karena saya harus menyiapkan beberapa perlengkapan seperti, kertas dan beberapa alat tulis.

Selanjutnya, anak-anak dibagi dua kelompok besar, Kelompok Kriya dan kelompok gabungan dari Kelompok Sastra dan Kelompok Musik. Kelompok Sastra dan Kelompok Musik sengaja digabungkan karena kami dibantu kawan-kawan dari Sastra Indonesia UPI, berencana membuat pementasan musikalisasi sastra. Teman-teman Kelompok Kriya dipandu oleh Ira dan kawan-kawan baru dari UNPAD. Sedangkan teman-teman Musik dan Sastra dipandu Yosti dan kawan-kawan dari UPI. Anita dan Yulia mendampingi anak-anak baru, adapun saya, Ilah dan Ova menjadi sweeper dan mencatat notulensi proses pendampingan.

Ira bersama teman-teman di kelompok Kriya berencana membuat Majalah Dinding (mading). Ira mengeksplorasi pengetahuan teman-teman tentang media dan menjelaskan beberapa hal tentang media, khususnya media cetak. Selanjutnya, teman-teman Kriya merumuskan nama Mading yang akan dibuat. Kemudian, teman-teman menetapkan pembagian tugas di antara mereka dalam pembuatan mading. Dan terakhir, teman-teman Kriya mencoba membuat contoh setting lay-out mading dengan menempelkan kliping-kliping koran.

Sementara itu, teman-teman Musik dan Sastra membuat perencanaan dari keseluruhan kegiatan persiapan pentas musikalisasi sastra. Yosti memandu teman-teman dengan sebuah simulasi perkenalan dan pembagian kelompok. Teman-teman Musik dan Sastra dibagi ke dalam tiga kelompok kecil berdasarkan ketertarikan anak-anak.

Seperti pada kegiatan pendampingan yang lalu, anak-anak musik selalu membuat ruangan agak gaduh. Maklum ruang pendidikan itu sebenarnya tidak cukup menampung sekira 60 orang yang sedang berkegiatan ini. Kami sangat berharap ada ruangan lain yang lebih luas yang bisa digunakan untuk kami berkegiatan, khususnya bagi teman-teman kelompok Musik.

Tidak semua anak ikut kegiatan secara penuh, selalu saja ada anak-anak yang tidak mengikuti kegiatan. Maka, dalam tim kami ada yang melakukan tugas sebagai sweeper. Tugasnya mendekati dan mengajak bercerita anak-anak yang tidak mengikuti kegiatan dan berada di luar kelompok. Hal ini kami lakukan agar semua anak dapat kami pegang dan kami awasi perilakunya. Di samping itu, kami dapat menghimpun cerita-cerita dari mereka. Namun karena keterbatasan relawan dan sedikit sekali anak yang mau bercerita secara terbuka, seringkali aktivitas inipun kurang berjalan efektif.

Saya ikut ‘nimbrung’ bersama Ova yang sedang bercerita sambil bercanda dengan beberapa anak yang berada di luar kelompok. Beberapa orang di antara anak-anak itu tampak gembira karena tinggal dalam hitungan hari mereka dapat menghirup udara luar, alias bebas. J (15 tahun) misalnya, ia akan bebas 5 hari lagi. Ia berencana meneruskan sekolah di kelas X yang terhenti karena ia harus meringkuk di tahanan. Ia pun bertekad akan membantu kedua orang tuanya yang mempunyai warung di dekat mal Paris Van Java (PVJ), Bandung. Ia sangat antusias dan ceria menceritakan semua rencananya itu.

Demikian juga dengan Den (16 tahun) yang sumringah menyambut kebebasannya seminggu lagi. Ia yang ditahan karena kasus penjambretan ini, berencana meneruskan sekokahnya. Meski ia menyesal karena pihak sekolah lamanya tidak mau menerimanya kembali, ia akan pindah ke sekolah lain atau mengambil paket C.

Sementara itu, De (16 tahun) nampak dingin menyambut hari kebebasannya. Boleh jadi karena sipatnya yang agak pendiam. De seperti dua orang temannya tadi, akan melanjutkan sekolahnya. Saya dan Ova mencoba men-support mereka dan memberi mereka beberapa masukan. Tak lupa kami menyarankan mereka bila telah keluar dari tahanan untuk tak ragu-ragu mampir ke basecamp Kalyanamandira di Kliningan, Buah Batu. Hal ini dilakukan agar kami masih dapat berkomunikasi dengan anak-anak yang sudah bebas.

Mendengar harapan dan rencana dari ketiga orang anak tadi, saya merasa gembira karena masih mempunyai keluarga dan rencana hidup yang cukup baik. Sayang, tidak banyak anak-anak Rutan mempunyai harapan dan rencana yang jelas. Sebagian dari anak-anak ini lari atau malah ’dibuang’ dari keluarganya. Atau mereka yang berlatar keluarga miskin yang memaksa mereka untuk bekerja atau pergi dari rumah. Anak-anak seperti ini rentan untuk kembali melakukan tindak kriminal.

Dengan segala cerita dan kenyataan yang saya temui di Rutan, kadangkala saya berpikir bahwa saya tidak banyak memberikan kontribusi bagi anak-anak ini. Saya hanya bisa menatap mereka dan menemani mereka bercerita dengan ’sungkan’. Tak banyak yang berubah. Tapi, saya sadar perubahan itu tidak bisa datang seperti membalikkan telapak tangan. Perubahan itu butuh waktu. Ketika kita melakukan proses perubahan itu saja hasilnya lambat kita rasakan. Apalagi kalau kita hanya diam atau sekedar merasa cukup dengan ungkapan simpati. Perubahan butuh langkah-langkah nyata dan strategis. Dan kita tidak bisa melakukannya sendirian. Wallahu a’alam..