Rabu, 30 Juni 2010

Belajar Dalam Penjara (Bagian 2)

Pendampingan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum (AKH) di Rumah Tahanan Kelas 1 Kebon Waru Bandung yang dilakukan oleh Yayasan Kalyanamandira diarahkan pada pemenuhan hak anak, khususnya hak untuk belajar, hak untuk bermain serta mememuhi hak tumbuh-kembang mereka. Hal ini dilakukan karena seringkali anak-anak yang berada dalam penjara ini tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya terpenuhi, terlebih ketika anak-anak ini harus terpisah dari keluarga, teman-teman dan lingkungannya.
Semula antara tahun 2006 – 2007, Yayasan Kalyanamandira melakukan pendampingan anak berkonflik hokum (AKH) ini bersama dua lembaga swadaya masyarakat (LSM) lain, yaitu Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA) dan Solidaritas Masyarakat Anak (Semak). Namun, sejak akhir 2007 hingga sekarang hanya Yayasan Kalyanamandira yang melakukan pendampingan anak di Rutan Kebon Waru.
Secara umum, pendampingan anak di Rutan Kebon Waru ini mengalami beberapa perubahan pola pendekatannya. Tahap Pertama pada sekira tahun 2006 – 2007, pola pendekatan yang dipakai adalah pelatihan dan pengembangan hard skill dengan tujuan untuk memberikan suatu pengalihan ketegangan dan tekanan yang anak-anak rasakan selama berada dalam tahanan. Pada tahap ini, tingkat kekerasan di dalam rutan baik antar tahanan dewasa terhadap tahanan anak, tahanan anak yang satu terhadap tahanan anak yang lain, ataupun kekerasan yang dilakukan sipir terhadap para tahanan masih sangat tinggi. Sehingga pendampingan diarahkan pada kondisi relaksasi dan memberi kenyamanan bagi anak.
Tahap Kedua pada sekira tahun 2007 – 2009, pola pendampingan diarahkan pada penanaman dan pengembangan nilai-nilai positif pada diri anak yang dihantarkan melalui pembelajaran hard skill (keterampilan). Pada tahap ini, anak-anak diberi ruang seluas-luasnya dengan media yang ada untuk berekspresi dan berkomunikasi melalui karya mereka. Namun perlu diketahui, pembelajaran keterampilan pada tahap ini hanya dijadikan wahana ekspresi anak semata tidak sampai melatih untuk menjadi ahli.
Tahap Ketiga dari tahun 2009 hingga sekarang, mencoba memandu anak-anak untuk bisa memaksimalkan potensi dan bakat mereka. Pada tahap ini, kami sangat berkendala dengan minimnya waktu pendampingan dan sarana prasarana. Setidaknya, pada tahap ini kami terus melatihkan beberapa jenis keterampilan seperti seni rupa, seni musik dan sastra. Dan jangan dilupakan, kami tetap menyisipkan nilai-nilai positif dalam setiap pendampingan.
Dalam pelaksanaannya, keseluruhan pendampingan diawali dengan suatu perencanaan. Perencanaan pendampingan dilakukan untuk merumuskan tujuan-tujuan apa saja yang akan dicapai dalam pelaksanaan pendampingan. Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan dalam format rencana-rencana kegiatan yang disusun dalam format kurikulum. Kurikulum yang disusun oleh tim pendamping sifatnya tidak berstruktur. Karena sifatnya yang spontan dan menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Tetapi, rambu-rambu dalam penyusunan arahan kegiatan menjadi sebuah perhatian yang meliputi tujuan, materi, dan metode yang dilakukan setiap kali melakukan pendampingan. Perencanaan ini biasanya merumuskan rangkaian kurikulum, rencana program dan rancangan kegiatan untuk 3 - 4 bulan ke depan.
Dalam pendampingan anak konflik hokum yang dilakukan oleh Yayasan Kalyanamandira, partisipasi anak dalam penyusunan rencana kegiatan menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pendampingan. Tentu saja, partisipasi anak ini dengan tetap mendapat panduan dari para pendamping.
Sebelum anak-anak dilibatkan dalam penyusunan rangkaian kegiatan pendampingan, terlebih dahulu para pendamping merumuskan garis besar kurikulum untuk 3 – 4 bulan ke depan. Garis besar ini biasanya diwujudkan dalam bentuk tujuan besar pendampingan, target dan beberapa indicator besar yang akan dicapai. Setelah itu baru anak-anak dilibatkan dalam merumuskan detail kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tidak ada tim khusus dalam penyusunan kurikulum pendampingan. Semua pendamping terlibat dalam perumusan kurikulum ini, termasuk para relawan baru yang langsung diminta kontribusinya.
Sebelum merumuskan kurikulum, terlebih dahulu para pendamping melakukan evaluasi proses pendampingan yang telah dilakukan, sekaligus melakukan pemetaan. Pemetaan yang dimaksud di sini adalah berupa perumusan tujuan, output yang diharapkan, indicator capaian dan turunan kegiatan pendampingan. Termasuk dalam pemetaan ini adalah memetakan kondisi anak sebelum masuk rutan, selama anak berada di rutan serta rencana yang akan dilakukan selepas anak bebas nanti.
Pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan Kalyanamandira menggunakan penggunaan Appreciative Inquiry yang menekankan pada penghimpunan dan pemaknaan nilai-nilai positif. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai positif pada diri anak yang berkonflik dengan hokum (AKH) yang seringkali mengalami deficit nilai positif, tertekan dan mentalnya jatuh (drop). Dalam pelaksanaannya, pendampingan dengan menggunakan pendekatan Appreciative Inquiry berupa eksplorasi nilai-nilai positif anak dan penggalian pengalaman terbaik anak. Hal-hal positif ini diproyeksikan dalam membangun mimpi dan merencanakan masa depan anak.
Kurikulum pendampingan disusun per-3 bulan. Alasannya, sebagian besar anak di Rutan Kebon Waru harus menjalani masa tahanannya di bawah 1 tahun, berkisar antara 3 – 6 bulan. Dalam rentang 3 bulan ini, anak-anak diharapkan dapat menghasilkan sebuah atau beberapa karya.
Sementara itu, analisis kebutuhan yang dilakukan oleh para pendamping disesuaikan dengan kodisi mental dan psikologis anak. Karena sifatnya yang fleksibel, maka analisis kebutuhan ini akan berbeda dalam setiap pendampingan perminggunya. Karena kondisi anak dari minggu ke minggu atau dari pertemuan ke pertemuan selalu mengalami perubahan, maka metode pendampingan yang dipergunakan pun akan senantiasa berbeda.
Proses pembelajaran dalam pendampingan yang dilakukan Yayasan Kalyanamandira sendiri lebih menumbuhkan dan mengembangkan soft skill (muatan nilai positif) pada diri anak melalui beberapa aktivitas keterampilan sebagai wahana ekspresi dan komunikasi serta dorongan motivasi melalui beberapa bimbingan psikologis.
Aktivitas keterampilan yang dikembangkan dalam pendampingan ini berupa Seni Musik, Seni Rupa (Kriya) dan Penulisan Sastra. Dalam pelaksanaannya, setiap anak dikelompokkan pada tiga jenis aktivitas tadi. Setiap kelompok melakukan pemetaan kebutuhan sendiri, merumuskan program pembelajaran dan menentukan hal apa saja yang akan dibuat atau dipelajari. Pada proses ini, anak-anak diberi kelapangan untuk menentukan kegiatan atau program apa saja yang mereka inginkan dipandu oleh para pendamping.
Soft skill yang dapat dikembangkan dalam proses pendampingan Yayasan Kalyanamandira dengan penerapan pendekatan Appreciative Inquiry meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a) Pemaknaan positif
b) Pencarian Alternatif
c) Kesadaran diri
d) Kepercayaan diri
e) Refleksi
Dalam pembuatan karya, anak-anak biasanya ditantang dengan sebuah rencana proyek. Proyek ini diwujudkan dalam bentuk pameran dan pementasan. Pameran dan pementasan ini dilakukan dalam kurun 3 – 4 bulan sekali. Pada program pameran dan pentas ini, semua hasil karya anak dipertunjukkan kepada seluruh anak, pendamping dan para undangan yang sengaja diminta hadir dalam program ini di dalam rutan.
Adapun sumber atau media yang digunakan dalam pendampingan adalah dengan memanfaatkan barang-barang yang mudah ditemui di sekitar kita. Pemilihan sumber atau media belajar ini dirumuskan bersama antara anak-anak dan para pendamping.
Selanjutnya, proses pendampingan ini diakhiri dengan tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan baik secara rutin perminggu maupun secara pertigabulan (triwulan). Evaluasi rutin mingguan dilakukan langsung setelah kegiatan pendampingan. Sedangkan, Evaluasi triwulan dilakukan untuk mengevaluasi keseluruhan proses selama 3 bulan yang telah dilewati. Evaluasi ini tidak hanya dilakukan antar pendamping, tetapi dilakukan juga bersama anak. Namun, evaluasi bersama anak ini bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang seringkali dihantarkan melalui beberapa metode tertentu.