Minggu, 03 Mei 2009

Kebonwaru, 30 April 2009


Setelah seminggu kemarin, saya ‘ambruk’ karena sakit, hari ini saya dapat kembali menghirup atmosphere Rutan Kebonwaru, tempat saya mengungkap banyak cerita di balik polos, nakal, murung, bingung wajah anak-anak di dalamnya. Bersama Zamzam, Ira, Oka, Anita, Yosti, Gilang, Bram, Maria, Dhika dan David, saya mulai kegiatan pendampingan anak-anak Rutan Kebonwaru dalam aula yang tidak lebih besar dari arena futsal.

Zamzam membuka kegiatan dengan sebuah game. Kami dan anak-anak berbaur dalam game tersebut. Zamzam memang piaway membuat riuh di awal pendampingan hari ini. Setelah itu, anak-anak bergabung dengan kelompoknya masing-masing.

Ira mendampingi anak-anak Kriya membuat lukisan dengan hiasan benang wol. Bram dan Dhika kembali mengasah aransemen bersama anak-anak Musik. Gilang, Maria dan David menemani anak-anak dalam membuat cerita. Sayang, anak-anak Drama belum bisa memulai latihan, karena Yosti masih harus menunggui seorang dosennya yang akan datang di luar gerbang rutan.

Seperti biasa saya menjadi sweeper, menyapa dan bercerita dengan anak-anak yang seringkali berada di luar kelompok. Hari ini saya lebih banyak bercerita bersama O (16 tahun), yang mengaku akan bebas dalam beberapa hari ke depan. O adalah seorang anak yang berasal dari kawasan Cihampelas, Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Semula saya mengenalnya sebagai anak yang cenderung lugu dan pendiam. Saya agak sulit bercerita dengannya, karena acapkali ia tampak kebingungan. Mungkin karena sekarang ia merasa bahagia akan menghirup udara luar, ia berseri-seri dan cukup antusias untuk bercerita. Sebelum masuk tahanan, O masih duduk di sebuah SMK di Cihampelas. Ia mengambil jurusan Teknik Listrik. Sayang, pendidikannya itu tidak dapat ia lanjutkan, karena pihak sekolah tidak bersedia menerimanya kembali. O berniat untuk mengambil ujian persamaan Paket C. Setelah itu, ia berencana bekerja, karena ia berkeinginan membahagiakan kedua orang tuanya.

Sebentar saya menyapa A (17 tahun) yang dalam beberapa minggu ini terus melakukan pembelaan dalam proses persidangan, yang menurut pengakuannya ia hanya menjadi korban fitnah semata. Sayang, ia tidak berhasil dan harus menerima vonis selama delapan bulan lamanya.

Saya pun menyapa D (15 tahun). Sebenarnya, saya sangat tertarik untuk banyak bercerita bersamanya setelah saya membaca ceritanya dua hari yang lalu. Tampang D sangat rapih dan tampan, selaras dengan cita-citanya menjadi seorang desainer. Namun, saya sempat kaget membaca ceritanya. D bersekolah di sebuah SLTP unggulan di Kota Bandung. Saya pikir ia anak yang berkecukupan, karena ia sering membawa mobil sendiri ke sekolahnya seperti juga pacar dan teman-teman yang satu sekolah dengannya. Satu saat pacarnya mengadu, mobilnya dicorat-coret oleh salah seorang teman perempuannya. D pun marah dan ia menghampiri anak perempuan dengan mengendarai mobilnya. Entah ia dirasuki syetan dari mana, ketika ia melihat anak perempuan itu, ia menancap gas dan menabrak anak perempuan itu hingga tewas. Menurut pengakuan D, ia seperti menabrak boneka saja. Saya sangat sadar bahwa ini adalah kesalahan besar, tapi ketika melihat tampangnya yang lugu dan dingin, saya merasa ia butuh pendampingan khusus. Masih menurut pengakuan D, ia akan dibebaskan dalam beberapa hari ke depan. Saya sempat kaget mendengar hal itu, karena yang saya tahu vonis untuk kejahatan yang dilakukan D adalah sangat berat. Ia mengaku bahwa keluarganya menebus kasusnya dengan sejumlah uang. Saya terhenyak dan bingung harus ngomong apa, hmmm…

Banyak hal yang saya dan teman-teman sering temukan dalam proses pendampingan di rutan. Sejujurnya, kami tidak bisa memberikan kontribusi yang cukup bagi anak-anak itu. Wacana tentang rencana penyediaan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (Lapas Anak) di sekitar Bandung, boleh jadi akan memberi angina segar bagi penyikapan yang cukup kondusif bagi anak-anak yang berkonflik dengan hukum. Meski demikian, saya merasa tidak sepantasnya anak-anak itu dihukum atau diperlakukan dalam kerangkeng seperti itu, masih ada cara lain yang lebih sesuai demi tumbuh kembang anak-nak tersebut. Wallahu a’lam…