Sudah lebih dari empat bulan kami melakukan pendampingan anak di Rutan Kebonwaru, Bandung, pada caturwulan antara Januari-April 2009 ini. Seyogyanya hari ini kami akan melakukan evaluasi keseluruhan proses pendampingan selama caturwulan ini. Dan sekarang kami mencoba melakukan evaluasi dan refleksi bersama anak-anak di rutan. Hal ini kami lakukan dengan persepsi bahwa anak-anak adalah subjek dari keseluruhan proses pendampingan ini, sehingga mereka mesti dilibatkan dalam merumuskan dan mengevaluasi aktivitas ini. Perlu diketahui, dalam kegiatan pendampingan ini, anak-anaklah yang merumuskan dan menentukan kebutuhan bahkan silabus kegiatan, meski tentu saja tetap kami pandu dan olah kembali.
Evaluasi bersama anak-anak disampaikan dengan sebuah simulasi Ular Tangga. Anak-anak dibagi kepada beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang anak. Anak-anak dibimbing para pendamping, diminta untuk membuat lembar Ular Tangga yang menceritakan tentang kronologis mereka sebelum, selama dan setelah mengikuti kegiatan pendampingan. Anak-anak pun diminta memberi pandangan, evaluasi dan refleksi melalui media Ular Tangga tersebut.
Pembuatan Ular Tangga itu sendiri terdiri dari sekurang-kurangnya 5 kolom. Kolom pertama bercerita tentang saat-saat pertama anak-anak masuk rutan dan belum terlibat dalam kegiatan pendampingan. Kolom ke-2 dan ke-3 berisi pandangan dan evaluasi anak ketika mereka mulai ikut serta dalam kegiatan pendampingan. Kolom-kolom selanjutnya bercerita tentang refleksi, harapan dan cita-cita anak setelah mengikuti kegiatan pendampingan.
Di samping kolom-kolom tadi, anak-anak menempelkan gambar-gambar dari klipingan majalalah dan koran. Gambar-gambar ini menunjukkan pandangan, sikap dan perasaan anak terhadap proses pendampingan. Selain itu, lembar Ular Tangga ini pun dilengkapi dengan symbol-simbol ular, tangga dan lain-lain untuk menunjukkan naik atau turunnya pandangan, sikap dan perasaan anak.
Ternyata, pembuatan lembar Ular Tangga ini cukup menyita waktu. Hanya beberapa kelompok saja yang bisa menyelesaikan pembuatan Ular Tangga ini. Anak-anak harus merembukkan bersama pandangan, sikap dan perasaan tentang proses pendampingan. Mereka pun harus mencari gambar-gambar yang bisa mewakilinya. Di samping itu, sebagian besar anak malah asyik membaca dan melihat gambar-gambar yang terdapat dalam majalah dan koran. Maklum selama di tahanan, mereka sangat sulit untuk membaca majalah dan koran.
Di sela-sela kegiatan, seperti biasa saya menyapa dan mengajak bicara beberapa orang anak. Hari ini saya mencoba menyapa dan mengajak ngobrol Ag (15 tahun) yang dalam beberapa pendampingan tampak murung dan kurang bersemangat mengikuti kegiatan. Sebenarnya Ag cukup sehat, tapi ia selalu tampak murung karena selama berada di rutan, keluarganya belum pernah menjenguknya. Saya pun menawarinya untuk mengabari keluarganya baik lewat surat maupun telepon. Akhirnya, Ag memberi saya satu nomor telepon orang tuanya. Ia meminta saya mengabari orang tuanya tentang keberadaannya di rutan dan memohon agar orang tuanya menjenguknya. Tampaklah sedikit senyum di bibir Ag, meski ia masih agak murung.
Saya pun berbicara dengan E (16 tahun). Sebelum ditahan untuk kedua kalinya ini, E telah bekerja sebagai kenek (kondektur) truk yang setiap hari mengangkut barang-barang seperti batu dan pasir. Ia bisa mendapatkan upah harian sampai Rp. 50.000,-. Sayang, ia mesti meringkuk di tahanan karena ia dianggap mencuri accu truk yang sering ia tumpangi. Ternyata, ia mengambil accu itu dalam keadaan mabuk, setelah ia mengonsumsi beberapa butir leksotan. Accu tersebut tidak ia jual, malah disimpan begitu saja di halaman rumah tetangganya. Kebiasaan E mabuk-mabukan telah menjerumuskannya kembali masuk bui.
Akhirnya, kami sampai di penghujung kegiatan. Meskipun kami belum melakukan refleksi secara keseluruhan, tetapi beberapa gambar dan symbol telah memberi gambaran umum evaluasi proses pendampingan. Wallahu a’lam..
Sabtu, 16 Mei 2009
Rabu, 13 Mei 2009
Unjuk Kreasi Anak Kebonwaru
Hari ini, 7 Mei 2009, kami bersiap lebih pagi untuk berangkat ke Rutan Kebonwaru. Hari akan diselenggarkan Pentas dan Pameran Kreativitas Anak Rutan Kebonwaru. Berbeda dengan kegiatan serupa setahun sebelumnya yang menggunakan ruang besuk yang lebih luas daripada ruang pendidikan yang sering kami gunakan, karena beberapa hal kami hanya diizinkan menggunakan ruang pendidikan yang sebenarnya kurang representative untuk acara pentas dan pameran. Selain itu, waktu yang diberikan kepada kami hanya pada pukul 09.00 WIB sampai dengan 12.30 WIB saja. Namun, hal ini tidak membuat kami patah arang, the show must go on..
Sekira jam 8 pagi, kami mulai memasuki gerbang rutan dan langsung menuju ke ruang pendidikan, tentu saja setekah melewati beberapa pemeriksaan. Kami bersama anak-anak mulai menempelkan hasil-hasil karya dan mempersiapkan seluruh perangkat acara. Kami sempat kebingungan, dengan ruang yang sangat terbatas kami harus memamerkan seluruh hasil karya anak dan menyiapkan panggung pementasan. Ternyata, kesederhanaan kegiatan ini tetap memunculkan kemeriahan yang sangat berarti.
Sekira jam 10.00, acara pun dimulai dengan dipandu dua orang anak rutan sebagai pembawa acaranya. Sebagai pembuka adalah sambutan dari perwakilan pihak Rutan Kelas 1 Kebonwaru yang disampaikan oleh Pak Hari Matahari sekaligus membuka acara Pentas dan Pameran Kreativitas Anak Rutan Kebonwaru.
Acara dilanjutkan dengan pementasan drama yang berjudul “Carita Kabangsatan”. Meski tampak sangat sederhana dengan durasi yang hanya sekira 10 menit saja dan kualitas vocal para pemainnya yang nyaris tidak terdengar, tetapi anak-anak telah cukup berani untuk memainkan scenario yang ditulis oleh mereka sendiri. Segala kekurangan yang ada masih cukup wajar, apalagi bila menilik persiapan dan waktu yang sangat terbatas.
Pementasan yang kedua adalah persembahan musik dari kelompok musik anak rutan yang menamakan dirinya sebagai Norek Band. Mereka menyanyikan dua lagu. Penampilan mereka agak sumbang dan terkesan kurang persiapan. Selidik punya selidik, ternyata grup ini adalah salah satu dari tiga grup yang ada di kelompok Musik yang paling sulit diatur. Meski demikian, mereka tetap tampil percaya diri.
Setelah itu, Dhika dan Yosti tampil ke panggung. Mereka membawakan acara yang diberi judul “Sayembara Dua Putri”. Sebenarnya, kegiatan ini adalah sebuah game untuk membagikan door prize bagi anak-anak yang mampu menjalani beberapa tantangan. Ternyata, sebagian besar anak-anak tampak ragu menerima tantangan dari Dhika dan Yosti, hanya ada seorang anak yang maju dan mau menjalani tantangan.
Selanjutnya, kembali kami dihibur dengan pentas musik. Kali ini dibawakan oleh grup The Little. Mereka menyanyikan dua lagu karangan mereka sendiri. Suasana menjadi sangat meriah dan lebih berasa, terlebih kedua lagu itu menyuarakan isi hati sebagian besar anak-anak rutan.
Di samping pentas drama dan musik, ada juga pembacaan cerita karya anak. Ada dua cerita karangan anak Sastra yang dibacakan oleh Niki. Pembacaan cerita oleh Niki ini diiringi petikan gitar Bram.
Acara kembali dimeriahkan oleh grup musik Teralis. Berbeda dengan dua grup musik sebelumnya, Teralis menyanyikan dua buah lagu dengan selingan pembacaan puisi. Sebuah kreativitas yang cukup apik meski dengan segala keterbatasan.
Dhika dan Yosti kembali ke panggung untuk membagikan hadiah. Kali ini hadiah-hadiah diberikan kepada kelompok-kelompok anak yang telah memberi banyak kontribusi demi terlaksananya kegiatan pentas dan pameran ini.
Sebelum ditutup, acara dimeriahkan dengan persembahan musik dari Bram. Kami pun semua bertepuk tangan dan bergoyang mengikuti petikan gitar Bram. Kami pun merasa sangat bergembira. Akhirnya, dengan segala keterbatasan anak-anak masih dapat menampilkan kreativitas yang cukup menarik.
Di akhir acara, Pak Ustadz sebagai pendamping anak selama di tahanan, memimpin kami berdoa. Dengan antusias dan khidmat, para pendamping dan anak mengamini doa yang Pak Ustadz sampaikan.
Sekira jam 8 pagi, kami mulai memasuki gerbang rutan dan langsung menuju ke ruang pendidikan, tentu saja setekah melewati beberapa pemeriksaan. Kami bersama anak-anak mulai menempelkan hasil-hasil karya dan mempersiapkan seluruh perangkat acara. Kami sempat kebingungan, dengan ruang yang sangat terbatas kami harus memamerkan seluruh hasil karya anak dan menyiapkan panggung pementasan. Ternyata, kesederhanaan kegiatan ini tetap memunculkan kemeriahan yang sangat berarti.
Sekira jam 10.00, acara pun dimulai dengan dipandu dua orang anak rutan sebagai pembawa acaranya. Sebagai pembuka adalah sambutan dari perwakilan pihak Rutan Kelas 1 Kebonwaru yang disampaikan oleh Pak Hari Matahari sekaligus membuka acara Pentas dan Pameran Kreativitas Anak Rutan Kebonwaru.
Acara dilanjutkan dengan pementasan drama yang berjudul “Carita Kabangsatan”. Meski tampak sangat sederhana dengan durasi yang hanya sekira 10 menit saja dan kualitas vocal para pemainnya yang nyaris tidak terdengar, tetapi anak-anak telah cukup berani untuk memainkan scenario yang ditulis oleh mereka sendiri. Segala kekurangan yang ada masih cukup wajar, apalagi bila menilik persiapan dan waktu yang sangat terbatas.
Pementasan yang kedua adalah persembahan musik dari kelompok musik anak rutan yang menamakan dirinya sebagai Norek Band. Mereka menyanyikan dua lagu. Penampilan mereka agak sumbang dan terkesan kurang persiapan. Selidik punya selidik, ternyata grup ini adalah salah satu dari tiga grup yang ada di kelompok Musik yang paling sulit diatur. Meski demikian, mereka tetap tampil percaya diri.
Setelah itu, Dhika dan Yosti tampil ke panggung. Mereka membawakan acara yang diberi judul “Sayembara Dua Putri”. Sebenarnya, kegiatan ini adalah sebuah game untuk membagikan door prize bagi anak-anak yang mampu menjalani beberapa tantangan. Ternyata, sebagian besar anak-anak tampak ragu menerima tantangan dari Dhika dan Yosti, hanya ada seorang anak yang maju dan mau menjalani tantangan.
Selanjutnya, kembali kami dihibur dengan pentas musik. Kali ini dibawakan oleh grup The Little. Mereka menyanyikan dua lagu karangan mereka sendiri. Suasana menjadi sangat meriah dan lebih berasa, terlebih kedua lagu itu menyuarakan isi hati sebagian besar anak-anak rutan.
Di samping pentas drama dan musik, ada juga pembacaan cerita karya anak. Ada dua cerita karangan anak Sastra yang dibacakan oleh Niki. Pembacaan cerita oleh Niki ini diiringi petikan gitar Bram.
Acara kembali dimeriahkan oleh grup musik Teralis. Berbeda dengan dua grup musik sebelumnya, Teralis menyanyikan dua buah lagu dengan selingan pembacaan puisi. Sebuah kreativitas yang cukup apik meski dengan segala keterbatasan.
Dhika dan Yosti kembali ke panggung untuk membagikan hadiah. Kali ini hadiah-hadiah diberikan kepada kelompok-kelompok anak yang telah memberi banyak kontribusi demi terlaksananya kegiatan pentas dan pameran ini.
Sebelum ditutup, acara dimeriahkan dengan persembahan musik dari Bram. Kami pun semua bertepuk tangan dan bergoyang mengikuti petikan gitar Bram. Kami pun merasa sangat bergembira. Akhirnya, dengan segala keterbatasan anak-anak masih dapat menampilkan kreativitas yang cukup menarik.
Di akhir acara, Pak Ustadz sebagai pendamping anak selama di tahanan, memimpin kami berdoa. Dengan antusias dan khidmat, para pendamping dan anak mengamini doa yang Pak Ustadz sampaikan.
Kebonwaru, 05 Mei 2009
Hari ini, Selasa 5 Mei 2009, berbeda dengan kegiatan pendampingan sebelumnya yang biasa kami lakukan pada setiap hari Kamis, kami akan melakukan gladi resik untuk kegiatan pentas dan pameran karya anak-anak Rutan Kebonwaru yang direncanakan akan dilaksanakan pada 7 Mei mendatang. Anita membuka acara dengan sebuah simulasi sederhana. Setelah itu, anak-anak bergabung dengan kelompoknya masing-masing.
Semula, kami hanya akan bertemu dengan anak-anak Drama dan Musik untuk mengoptimalkan persiapan pentas. Ternyata, hampir semua anak mengikuti kegiatan kecuali 7 orang anak yang piket dan 7 orang lainnya sakit. Saya sempat bingung mengisi kegiatan di kelompok Kriya. Akhirnya, bersama Dadi teman baru dari STSI, saya mendampingi anak-anak Kriya untuk membuat komik.
Sementara itu, kelompok Musik menyiapkan diri ditemani Dhika dan Bram, Drama didampingi Yosti dan Sastra bersama Maria. Adapun Anita mendampingi anak-anak baru dan Zamzam menjadi sweeper.
Bagi saya, pentas dan pameran anak-anak Rutan ini adalah untuk kedua kalinya. Tahun kemarin kegiatan serupa diselenggarakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI. Sekarang kami menyiapkan pentas dan pameran untuk memperingati Hari Pendidikan Nasioanal, di samping sebagai ajang untuk unjuk kemampuan anak-anak rutan tentunya. Dalam pentas dan pameran ini, kami mengundang pihak-pihak dari luar rutan, seperti, mitra-mitra LSM, komunitas, instansi terkait, mahasiswa dan pers. Hal ini ditujukan agar anak-anak di rutan tidak merasa terisolasi dan mereka tetap mendapatkan apresiasi dari pihak luar.
Ketika, sebagian anak-anak didampingi para relawan menyiapkan pentas dan pameran, seperti biasa saya berbincang-bincang dengan beberapa orang anak. Saya bercerita bersama De (14 tahun), anak yang mesti mendekam di tahanan karena mengambil handphone tetangganya. Hampir setiap saya melakukan pendampingan dan menyapa De, ia selalu bilang,”Duh karunya domba… (Duh kasihan domba..)”. Sebelum masuk tahanan, setiap hari De mencari rumput untuk makan domba dan sapi yang dimiliki keluarganya. Ia mempunyai lebih dari 10 ekor domba dan 2 ekor sapi. Lumayan juga, kan? Sayang, De, anak petani ini, tergoda untuk mengambil HP tetangganya. Hari ini, De banyak bercerita tentang domba-dombanya itu, terutama keuntungan yang bisa keluarganya ambil dari penjualan seekor dombanya. Ia menceritakan semuanya dengan antusias dan wajah berbinar-binar. Sekali lagi De mengatakan,”Saya rindu domba-domba saya, Kak”. Ketika saya pertama kali bertemu dengannya, saya sempat mengajak ia berkhayal tentang masa depan. De mengkhayalkan dirinya kelak mempunyai suatu ranch luas berupa padang rumput dan perkebunan luas yang di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan hewan-hewan ternak miliknya. Sebuah harapan yang sangat besar dan menyenangkan.
Selanjutnya, saya menyapa U (19 tahun). Menilik usianya, semestinya U tidak lagi tergolong anak. U mengaku sangat menyesal telah banyak merepotkan orang tuanya ketika ia masuk tahanan. Menurutnya, semenjak ia ditahan, ayahnya jatuh sakit dan hampir setiap minggu mesti check up. Padahal, ketika U masih di rumah, hampir segala hal yang ia butuhkan selalu terpenuhi. U menggambarkan di setiap pagi ia bisa menikmati makanan dan minuman yang cukup, bahkan sampai ia bisa gonta-ganti HP. Sayang, menurut pengakuan U, ia bergaul dengan teman-teman yang kerapkali mengajaknya berpesta minuman keras.
Kembali ke pentas dan pameran, sebenarnya penyelenggaraan dua kegiatan ini dalam rutan agak sulit. Di samping prosedurnya yang cukup berbelit, pelaksanaannya pun kurang optimal. Namun, sesederhana dan serumit apapun kegiatan tersebut, kami berusaha memberi ruang bagi anak berekspresi dan menampilkan kreativitas mereka meskipun mereka berada dalam ruang yang sangat terbatas. Sejauh apapun kesalahan anak, mereka masih tetap berhak menjalani proses tumbuh-kembang mereka secara normal, salah satunya mereka berhak mendapat ruang ekspresi dan apresiasi dari orang lain.
Semula, kami hanya akan bertemu dengan anak-anak Drama dan Musik untuk mengoptimalkan persiapan pentas. Ternyata, hampir semua anak mengikuti kegiatan kecuali 7 orang anak yang piket dan 7 orang lainnya sakit. Saya sempat bingung mengisi kegiatan di kelompok Kriya. Akhirnya, bersama Dadi teman baru dari STSI, saya mendampingi anak-anak Kriya untuk membuat komik.
Sementara itu, kelompok Musik menyiapkan diri ditemani Dhika dan Bram, Drama didampingi Yosti dan Sastra bersama Maria. Adapun Anita mendampingi anak-anak baru dan Zamzam menjadi sweeper.
Bagi saya, pentas dan pameran anak-anak Rutan ini adalah untuk kedua kalinya. Tahun kemarin kegiatan serupa diselenggarakan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI. Sekarang kami menyiapkan pentas dan pameran untuk memperingati Hari Pendidikan Nasioanal, di samping sebagai ajang untuk unjuk kemampuan anak-anak rutan tentunya. Dalam pentas dan pameran ini, kami mengundang pihak-pihak dari luar rutan, seperti, mitra-mitra LSM, komunitas, instansi terkait, mahasiswa dan pers. Hal ini ditujukan agar anak-anak di rutan tidak merasa terisolasi dan mereka tetap mendapatkan apresiasi dari pihak luar.
Ketika, sebagian anak-anak didampingi para relawan menyiapkan pentas dan pameran, seperti biasa saya berbincang-bincang dengan beberapa orang anak. Saya bercerita bersama De (14 tahun), anak yang mesti mendekam di tahanan karena mengambil handphone tetangganya. Hampir setiap saya melakukan pendampingan dan menyapa De, ia selalu bilang,”Duh karunya domba… (Duh kasihan domba..)”. Sebelum masuk tahanan, setiap hari De mencari rumput untuk makan domba dan sapi yang dimiliki keluarganya. Ia mempunyai lebih dari 10 ekor domba dan 2 ekor sapi. Lumayan juga, kan? Sayang, De, anak petani ini, tergoda untuk mengambil HP tetangganya. Hari ini, De banyak bercerita tentang domba-dombanya itu, terutama keuntungan yang bisa keluarganya ambil dari penjualan seekor dombanya. Ia menceritakan semuanya dengan antusias dan wajah berbinar-binar. Sekali lagi De mengatakan,”Saya rindu domba-domba saya, Kak”. Ketika saya pertama kali bertemu dengannya, saya sempat mengajak ia berkhayal tentang masa depan. De mengkhayalkan dirinya kelak mempunyai suatu ranch luas berupa padang rumput dan perkebunan luas yang di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan hewan-hewan ternak miliknya. Sebuah harapan yang sangat besar dan menyenangkan.
Selanjutnya, saya menyapa U (19 tahun). Menilik usianya, semestinya U tidak lagi tergolong anak. U mengaku sangat menyesal telah banyak merepotkan orang tuanya ketika ia masuk tahanan. Menurutnya, semenjak ia ditahan, ayahnya jatuh sakit dan hampir setiap minggu mesti check up. Padahal, ketika U masih di rumah, hampir segala hal yang ia butuhkan selalu terpenuhi. U menggambarkan di setiap pagi ia bisa menikmati makanan dan minuman yang cukup, bahkan sampai ia bisa gonta-ganti HP. Sayang, menurut pengakuan U, ia bergaul dengan teman-teman yang kerapkali mengajaknya berpesta minuman keras.
Kembali ke pentas dan pameran, sebenarnya penyelenggaraan dua kegiatan ini dalam rutan agak sulit. Di samping prosedurnya yang cukup berbelit, pelaksanaannya pun kurang optimal. Namun, sesederhana dan serumit apapun kegiatan tersebut, kami berusaha memberi ruang bagi anak berekspresi dan menampilkan kreativitas mereka meskipun mereka berada dalam ruang yang sangat terbatas. Sejauh apapun kesalahan anak, mereka masih tetap berhak menjalani proses tumbuh-kembang mereka secara normal, salah satunya mereka berhak mendapat ruang ekspresi dan apresiasi dari orang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)