Senin, 29 Juni 2009

Kebonwaru, 25 Juni 2009


Pagi sebelum pendampingan hari ini, sempat terbersit kekhawatiran akan proses pembelajaran nanti. Kekhawatiran ini muncul dikarenakan sangat sedikitnya relawan yang bisa mendampingi. Sebagian besar relawan tengah disibukkan dengan agendanya masing-masing. Namun, kekhawatiran ini sirna saat kami berenam mulai kumpul dan berbincang-bincang diselingi canda di halaman Rumah Tahanan Kelas 1 Kebonwaru – Bandung.
Sekira jam sepuluh pagi, saya bersama Kang Dan, Zamzam, Ira, Oka, dan Anita telah memasuki ruang pendidikan. Anak-anak belum tampak satu orang pun. Setelah beberapa menit kami menunggu, barulah anak-anak berdatangan dan memasuki ruang pendidikan. Dan Zamzam mulai membuka kegiatan.
Selanjutnya, Anita memandu anak-anak dengan game ”Tupai dan Pohon”. Anak diminta berhitung 1, 2 dan 3. Anak-anak yang mendapat angka 1 dan 3 menjadi pohon. Mereka saling berhadap-hadapan dan saling berpegangan tangan. Sedangkan anak-anak yang mendapat angka 2 menjadi tupainya. Anita menyebut 3 kondisi yaitu, hujan, kebakaran dan ada pemburu. Bila Anita menyebut ”Hujan”, kelompok Tupai dan Pohon diam di tempat. Adapun bila Anita menyebut ”Kebakaran”, maka kelompok Pohon harus berpindah tempat. Sementara bila Anita menyebut ”Ada Pemburu”, maka kelopok tupai harus pindah tempat. Ruang pendidikan menjadi riuh dengan tawa dan celoteh anak dan para pendamping. Ternyata, game ”Tupai dan Pohon” telah dapat mencairkan suasana dan dapat memicu konsentrasi anak-anak.
Setelah game selesai, anak-anak kembali bergabung dengan kelompok minatnya masing-masing. Kelompok Musik ditemani Oka. Kelompok Kriya dipandu Ira. Kelompok Drama dibimbing Zamzam. Dan saya mesti menggantikan Maria dan Gilang menemani Kelompok Sastra. Sedangkan Anita, seperti biasa menginisiasi anak-anak yang baru masuk.
Di Kelompok Sastra, saya mencoba mengajak Ad (17 tahun), As (16 tahun), Cp (18 tahun) dan Jo (16 tahun) yang baru hari ini bergabung di kelompok Sastra, meneruskan secuil cerita yang saya sampaikan. Pertama-tama saya sampaikan sepenggal cerita. Lalu saya minta anak-anak untuk melanjutkan cerita tadi. Awalnya saya minta mereka menuliskan cerita minimal 1000 kata. Tetapi, dengan beberapa alasan saya turunkan menjadi 500 kata saja. Ternyata, sampai akhir kegiatan anak-anak agak kesulitan menulis cerita hingga 500 kata. Namun, saya sangat menghargai usaha mereka. Cerita mereka pun mulai beragam.
Sementara itu di sisi lain ruang pendidikan, Ira memandu anak-anak Kriya membuat rangka Wayang Karton. Setelah seminggu sebelumnya, Kelompok Kriya membuat desain wayang, sekarang mereka sedang membuat rangka wayang. Karton-karton yang telah digambar, digunting sesuai desain yang diinginkan. Tentu saja, gambar itu sudah termasuk gambar kaki, tangan dan lekuk-lekuk tubuhnya. Setelah digunting, karton-karton itu dilubangi sisi-sisinya. Barulah tubuh utama wayang dihubungkan dengan tangan dan kakinya menggunakan benang kasur. Sayang, kami tidak sempat menyediakan bambu-bambu kecil, yang semestinya diperuntukkan untuk rangka utama dan penguat pegangan wayang. Namun, hasil gambar dan polesan warna anak-anak Kriya ini sempat membuat saya terkesima. Keren...
Keriuhan lain terjadi pada kelompok Musik. Meski mereka belum menemukan harmonisasi, sehingga acapkali dianggap membuat bising semata. Tetapi, usaha mereka untuk terus berkarya perlu kita acungi jempol.
Sebenarnya ada beberapa cerita yang saya dengar dari beberapa anak. Tapi, maaf saya sedang agak malas untuk mengungkapkannya di sini. Terlebih ketika saya merasa terusik pada saat evaluasi setelah kami berada kembali di halaman Rutan Kebonwaru. Seringkali kami asyik berkutat dengan hard skill (keterampilan psikomotor) dan lupa dengan soft skill (nilai-nilai dan mental) yang semestinya harus lebih ditanamkan pada diri anak. Padahal kami sadar bahwa skill yang selama ini kami berikan hanyalah media untuk mengembangkan nilai-nilai positif dan mental yang baik.
Dalam pandangan saya, karena nilai dan mental itu sesuatu yang sulit kita ukur sehingga dalam proses pembelajaran dua aspek ini agak sulit mengukur tingkat keberhasilannya. Sejauh ini, kami baru bisa mengeksplorasi nilai-nilai yang ada pada diri anak dan mendialogkannya bersama mereka. Namun, hal ini tidak membuat kami patah arang. Sebenarnya, perkembangan nilai dan mental anak ini diikuti dengan beberapa treatment psikologi dan kontrol yang optimal. Sayang, karena keterbatasan sumber daya manusia, kami agak sulit melakukan dua hal tadi. Wallahu a’lam.. (izoel)

Kamis, 18 Juni 2009

Kebonwaru, 18 Juni 2009

Hari ini kami memulai pendampingan dengan kurikulum atau rencana kegiatan pertiga bulan yang baru. Tentu saja ada beberapa hal baru yang akan kami dan anak-anak lakukan. Sayang, seringkali kami nervous di minggu pertama. Seperti yang terjadi pada saya hari ini, semestinya saya telah menyiapkan Satuan Acara Pembelajaran (SAP) bagi kelompok Kriya. Namun, sampai saat saya dan kawan-kawan melakukan pendampingan, SAP Kriya belum saya rampungkan. Boleh jadi dalihnya karena saya sibuk. Tapi, sebenarnya saya nervous memasuki triwulan baru dan terlalu jauh membayangkan apa yang akan kami capai nantinya.
Untung, nervousnya saya sepertinya tak nampak di kawan-kawan pendamping lain. Mereka kelihatan lebih siap untuk menghadapi triwulan baru ini. Meski memang masih ada banyak hal yang terus kami evaluasi dan perbaiki.
Saya sampai lebih dulu ke rutan dibanding kawan-kawan pendamping lain. Kemudian secara berurutan Ira, Dewi, Anita, Oka, Ilah, Bram, dan Zamzam berdatangan. Sementara Maria masih terhambat di jalanan dan menyarankan kami untuk masuk lebih dahulu.
Kurang beberapa menit dari jam sepuluh, kami telah melewati gerbang rutan dan langsung menuju ke ruang pendidikan tempat kami dan anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran. Setelah semua anak kumpul, Bram dan Oka membuka kegiatan dengan sebuah permainan. Dan semua yang hadir di ruang pendidikan lebur dalam sebuah keriuhan.
Selanjutnya, anak-anak masuk di kelompok minat didampingi para pendamping. Kelompok Musik berlatih bersama Bram dan Oka. Kelompok Drama bermeditasi bersama Zamzam. Kelompok Literasi/Cerpen membaca dan menulis ditemani Ilah. Sedangkan saya menemani Kelompok Kriya membuat desain wayang kardus/karton. Tak ketinggalan Anita dan Dewi menginisiasi anak-anak baru.
Di Kriya saya dan Ira memandu anak-anak membuat desain wayang, sebelum nantinya dibentuk menjadi wayang kardus/karton. Harus diingat, yang kami maksudkan wayang tentu saja bukan wayang-wayang yang sering kita lihat selama ini. Namun, karakter-karakter yang anak-anak buat berdasar imajinasi mereka. Anak-anak membuat desain pada selembar kertas plano. Mula-mula mereka menggambar sketsa wayang dengan pensil. Lalu sketsa pun diwarnai dengan crayon atau pensil warna. Kemudian saya minta anak-anak untuk memberi identitas bagi wayang itu. Identitas yang dimaksud adalah nama, pekerjaan dan sifat utama dari karakter wayang yang dibuat.
Sementara Kelompok Kriya asyik membuat desain wayang, Kelompok Musik di samping kami sedang ’berisik’ latihan vokal. Bram membimbing anak-anak mengenal dan mempraktekkan tangga-tangga nada dengan suara mulut.
Di sisi laing ruang pendidikan, Kelompok Literasi yang sekarang telah ditemani Maria yang baru datang, memberi ruang bagi anak-anak mencari inspirasi untuk menulis dari tulisan-tulisan yang terdapat pada majalah atau korang yang Maria bawa. Setelah itu, anak-anak sedikit demi sedikit mulai menulis cerita.
Kelompok Drama yang tidak didampingi Yosti yang berhalangan hadir, bersama Zamzam mengeskplorasi ide cerita dengan segala yang ada di ruangan itu. Meski nampak aktivitasnya tidak jelas, Zamzam dapat memberi refleksi di akhir kegiatan kelompok drama.
Bagi anak-anak baru, mereka berkesempatan berkenalan dan berbincang-bincang dengan Anita dan Dewi ditemani Ira yang menjadi sweeper hari ini. Mereka diajak menggambar citra diri mereka dan memperkenalkan identitas mereka melalui suatu narasi. Ternyata, yang ingin bercerita dan ’curhat’ dengan Anita atau Dewi bukan hanya anak-anak baru. Beberapa anak yang telah cukup lama tinggal di tahanan pun berusaha mendekat.
Menilik kegiatan hari ini, saya merasa cukup yakin kita dapat melakukan langkah-langkah yang lebih baik di triwulan yang baru ini. Meskipun demikian, kami jangan sampai lupa diri dan melupakan beberapa kekurangan yang harus secepatnya dibenahi. Terlebih di triwulan ini ke depan, kami berharap dapat mempublikasikan aktivitas kami ini melalui berbagai media, beberapa di antaranya melalui buku dan CD interaktif. Anda tertarik membantu kami?

Minggu, 14 Juni 2009

Kebonwaru, 4 Juni 2009

Setelah serangkaian evaluasi yang kami lakukan baik bersama anak-anak maupun tanpa anak-anak, tiba saatnya kami merancang rencana kegiatan 3-4 bulan ke depan. Seperti yang telah kami lakukan selama hampir satu tahun terakhir, kami senantiasa melibatkan anak-anak dalam merancang kegiatan ke depan, termasuk di dalamnya kebutuhan belajar atau kurikulum. Suatu kondisi yang sangat jarang diterapkan pada kebanyakan proses pendidikan kita.
Sekira jam 10 pagi, kami mulai memasuki gerbang Rumah Tahanan Kelas 1 Kebonwaru Bandung. Bersama Yosti, Gilang, Maria, Bram, Anita, Oka, Ilah, Ira dan teristimewa pada hari ini kami ditemani Kang Dan Satriana. Anak-anak pun mulai memasuki ruang pendidikan.
Setelah acara dibuka, anak-anak bergabung di kelompok minatnya masing-masing ditemani para pendamping. Mulailah para pendamping menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan. Kami memetakan kebutuhan belajar dengan menggunakan media semacam permainan Monopoli. Dalam selembar karton tersedia beberapa kotak yang berisi beberapa aktivitas yang pernah atau akan dilakukan di setiap kelompok minat. Seperti pada permainan monopoli, lembaran itu pun dilengkapi dengan kotak dan lembar kesempatan, bonus atau hukuman. Tapi, isi lembar-lembar itu berupa pertanyaan atau kesan tentang aktivitas yang telah dan akan dijalani.
Saya berkesempatan mendampingi Kelompok Kriya. Sebelumnya saya telah menyiapkan lembar monopoli yang berisi foto-foto kegiatan kriya yang telah dilaksanakan. Sehingga, anak-anak dapat memilih dan memberi tanggapan terhadap kegiatan-kegiatan itu. Dari sebanyak aktivitas yang ditawarkan melalui permainan monopoli itu, anak-anak hanya memilih beberapa kegiatan saja, yaitu, melukis, membuat patung tanah liat, membuat wayang, sablon kaos dan membuat tas lukis.
Aktivitas-aktivitas tadi merupakan langkah awal sebelumnya setiap para pendamping kelompok mengolah ajuan program itu menjadi silabus pembelajaran yang akan dijalankan 3-4 bulan mendatang. Sebenarnya, kami sempat berpikir segala proses perumusan itu diserahkan sepenuhnya kepada anak-anak. Namun, dengan segala pertimbangan akhirnya finishing¬nya kami lakukan sendiri dengan mengacu beberapa target umum.

Senin, 01 Juni 2009



wayang ranting adalah salah satu karya anak rutan kebonwaru


anak-anak membuat patung tanah liat